Jumat, 29 Maret 2024

Pupuk Subsidi Langka, BUMN Pupuk dapat Suntikan Rp 31 Triliun

ads-custom-5

Jakarta, BUMNInfo | PT Pupuk Indonesia (Persero) mendapatkan tambahan alokasi pupuk bersubsidi senilai Rp3,1 triliun atau setara dengan 1 juta ton pupuk. Alokasi ini dilaksanakan untuk mengatasi kelangkaan komoditas strategis. Direktur Utama Pupuk Indonesia Bakir Pasaman mengatakan tambahan alokasi itu membuat stok pupuk subsidi menjadi 8,9 juta ton, dari yang sebelumnya hanya 7,9 juta ton.

 

“Tambahan subsidi dari pemerintah minggu ini kami memperoleh Rp 3,1 triliun untuk tambahan alokasi subsidi pupuk sekitar hampir 1 juta ton,” ungkap Bakir pada agenda rapat dengar pendapat (RDP) di DPR RI, Kamis (1/10/2020).

 

Menurut Bakir, kelangkaan sempat terjadi karena stok pupuk bersubidi sudah menipis, sementara tambahan alokasi masih perlu menunggu persetujuan dari pemerintah.

 

Kendati begitu, ia memastikan bahwa petani tak perlu khawatir. Stok subsidi pupuk ini cukup sampai akhir tahun untuk petani yang telah terdaftar dalam sistem Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK). Adapun jika masih ada isu kelangkaan, maka diperkirakan petani tersebut tidak memiliki RDKK karena selama Covid-19 jumlah petani bertambah.

 

Menurut catatannya, perseroan hingga saat ini telah menyalurkan 5,9 juta ton atau 72% dari total alokasi tahun ini yang disediakan oleh pemerintah sebanyak 8,9 juta ton. Rinciannya, penyaluran pupuk bersubsidi untuk jenis urea 2,7 juta ton (67%), SP-36 sebanyak 399,9 ribu ton (67%), ZA 540 ribu ton (63%), NPK 1,9 juta ton (78%) dan organia 386 ribu ton (54%).

 

Mengenai kinerja, Bakir memproyeksikan laba perusahaan yang akan diraih berkisar antara Rp 2,5 triliun hingga Rp 2,6 triliun. Sejauh ini pendapatan usaha yang diraup perseroan hingga Agustus 2020 mencapai Rp 48,20 triliun. Ia mengklaim capaian ini masih cukup baik jika dibandingkan dengan total pendapatan usaha pada 2019 sebesar Rp 71,31 triliun.

 

“Memang ada kecenderungan melambat, menurun, karena harga komoditas cenderung menurun, termasuk amoniak dan urea. Namun harga penjualan tetap,” ujarnya.

 

Berdasarkan data perusahaan, laba perusahaan hingga Agustus 2020 mencapai Rp 2,83 triliun. Namun Bakir mengaku kemungkinan capaian laba hingga akhir tahun tidak akan lebih baik dari capaian tahun sebelumnya sebesar Rp5,35 triliun.

 

“Kalau dilihat dari laba sebelum pajak sampai Agustus memang Rp 2,83 triliun. Prognosa kami, nanti tidak akan mencapai laba seperti 2019, mungkin nanti laba setelah pajak sekitar Rp 2,5 triliun-Rp 2,6 triliun sampai ke ujung tahun. Prognosa kami memang menurun untuk laba, namun masih positif,” jelas dia.

 

Sumber: Kompas.comJPNN

Foto: Isitmewa

BERITA TERKAIT

ads-sidebar
ads-custom-4

BACA JUGA

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU