Dalam proyek senilai hampir Rp1 triliun tersebut, pekerjaan Barata Indonesia meliputi, Engineering, Fabrikasi Mekanikal, Elektrikal, Erection hingga Commissioning. Bendungan Tapin tersebut memiliki kapasitas 70,52 juta m3 dan akan mengairi lahan seluas 5.472 hektar di Kabupaten Tapin.
Direktur Utama PT Barata Indonesia, Fajar Harry Sampurno mengatakan, pihaknya akan terus mendukung upaya pemerintah dalam rangka mewujudkan ketahanan air dan pangan nasional. Hal ini sejalan dengan filosofi bisnis perseroan FEW+ (Food, Energy, Water), dimana pengelolaan sumber daya air merupakan hal penting dalam rangka mendukung produksi pangan yang berkelanjutan.
“Barata melalui kompetensi Divisi Sumber Daya Air akan terus mendukung penuh project pekerjaan hydromechanical tanah air. Bahkan hingga sisi tersiernya dalam upaya mengembangkan PLTA (pembangkit listrik tenaga air),” katanya, Jumat(19/2/2021).
Keberadaan bendungan ini diharapkan dapat menyediakan air baku untuk wilayah rantai sebesar 500 liter/detik, mereduksi banjir hingga 107m3/detik. Selain itu, bendungan yang pembangunannya memakan waktu 5 tahun itu juga memiliki fasilitas konservasi air (ground water recharge), destinasi wisata di kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Tapin, dan sumber air untuk PLTA sebesar 3,30 MW. “Rampungnya Bendungan Tapin ini menambah daftar panjang portfolio Barata Indonesia di bidang hidromekanikal,” tandas Fajar.
Diketahui, 13 proyek proyek hidromekanikal yang telah dan sedang dikerjakan Barata Indonesia, diantaranya Rehabilitasi Bendung Pasar Baru Tangerang, Rehabilitasi Pintu Air Kedung Semat, Jepara, Bendungan Ubrug, Jatiluhur, Bendungan Gerak Sembayat, Gresik, Bendungan Kuningan, Jawa Barat, Bendungan Tanju dan Mila, Nusa Tenggara Barat (NTB),
Bendungan Passaloreng, Sulawesi Selatan (Sulsel), Bendungan Gerak Bojonegoro, Jawa Timur, Bendungan Jabung, Way Sekampung dan Margatiga, Lampung, Bendungan Tiga Dihaji Martapura, Sumatera Selatan (Sumsel), hingga Bendungan Karian, Lebak, Banten.