Selasa, 19 Maret 2024

ASEAN Single Aviation Market (ASEAN-SAM)

ads-custom-5

ASEAN Single Aviation Market (ASEAN-SAM) dimaksudkan untuk meningkatkan konektivitas domestik dan regional, dengan mengintegrasikan jaringan produksi dan memperbesar perdagangan regional. Dengan cara memberi ijin maskapai anggota ASEAN untuk terbang bebas di dalam wilayah ASEAN, melalui liberalisasi pelayanan dalam suatu pasar transportasi tunggal yang beraneka ini.

Yang menjadi topik dan concern pada ASEAN SAM adalah free- dom of the air ke-3, 4, 5, dan 7 yang ilustrasinya adalah sebagai berikut:

AP E Magz1

Third Freedom The right for an airline to deliver revenue passengers from the airline’s home country (A) to another country (B).

 

Fourth Freedom The right for an airline to carry revenue passengers from another country (B) to the airline’s home country (A).

 

AP E Magz2

Fifth Freedom (Sometimes reffered to as beyond rights). The right for an airline to take passengers from its home country (A), deposit them at the destination (B) and then pick up and carry passengers on to other international destination (C).

 

Seventh Freedom The right for an airline to carry on flights that originate in a foreign country (B), bypass its home country (A), and the passengers at another interna- tional destination (C).

 

 

Melihat gambar tersebut, wajarlah jika connectivity menjadi hal penting. Connectivity berarti ketersediaan armada pesawat dan kru bersama dengan semua pen- dukungnya. Siapa yang siap, maka dialah yang akan menjadi pilihan pada penumpang pengguna jasanya. Media untuk kompetisi maskapai adalah kualitas pelayanan dan harga tiket.

Maskapai dengan pelayanan yang baik dan harga tiket yang terjangkau pasti akan menjadi pilihan. Pertanyaannya adalah mampukah maskapai kita bersaing dengan maskapai dari negara- negara ASEAN?

Menurut INACA, pangsa pasar do- mestik kita empat kali lipat dari pasar internasional. Oleh sebab itu maskapai mesti memikirkan dengan seksama bagaimana mempertahankan pasar domestik, dan sekaligus bersaing dengan maskapai asing untuk berbagi pasar internasional.

Di tengah tahun politik ini, perhitungan mesti cermat. Rencana Lion Air untuk membeli pesawat-pesawat baru adalah dalam rangka salah satunya untuk bersaing dalam pasar regional ini.

Jika maskapai kita tidak siap dan tidak memiliki armada yang memadai, sudah barang tentu bakal kalah bersaing. Lalu kita harus rela ketika bandara-bandara kita menjadi pasar yang empuk. Bandara kita menjadi ladang menangguk keuntungan dari airline regional.

Dari sisi bandar udara, pemerintah sebenarnya sudah menetapkan lima bandara untuk mengahadapi open sky policy ini. Kelima bandara itu adalah Bandara Kualanamu Medan, Bandara Soekarno-Hatta Jakarta, Bandara.

AP E Magz3

Juanda Surabaya, Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali, dan Bandara Sultan Hasanudin Makassar. Secara kualitas dan pelayanan kelima bandara itu siap untuk menampung maskapai regional.

Tetapi sekarang beberapa daerah membangun bandara lalu meminta agar bandar udara di wilayahnya dan ditetapkan sebagai bandara interna- sional. Contohnya Bandara Silangit Tapanuli Utara, Bandara Blimbingsari Banyuwangi, dan Bandara Radin Inten Bandar Lampung. Akibatnya, konsep hub & spoke yang semestinya terdiri dari bandara pengumpan, bandara pengumpul, dan bandara hub tidak diberlakukan lagi dengan konsisten.

Sekarang dari bandara yang sebe- narnya bandara pengumpan, dapat langsung dapat terbang ke Singapura, tanpa harus melalui Bandara Soekarno-Hatta. Istilahnya point to point. Lama-kelamaan Bandara Soekarno-Hatta tidak lagi menjadi bandara hub. Justru malah Bandara Changi di Singapura yang berfungsi sebagai hub-nya bandara-bandara di Indonesia.

Semestinya jangan terlalu banyak bandara kita yang melayani penerbangan internasional. Jika maskapai kita tidak cukup mampu untuk bersaing, maka bandara-bandara itu menjadi sasaran empuk. Dan yang menikmati kue pasar penumpang itu adalah maskapai regional. Maskapai kita jika tidak siap bakal dapat gigit jari saja.

Dari sisi lalu lintas udara, Airnav Indonesia sedang akan dalam proses mengerjakan proyek Indonesia Mod- ernization Air Navigation System (IMANS). Ini dalah peningkatan dan kualitas sistem pengendalian lalu lintas udara dalam rangka mengantisipasi pertambahan jumlah penerban- gan dan membuat ruang udara dapat digunakan lebih efektif dan efisien.

Selain itu meningkatkan runway capacity melalui peningkatan runway occupancy time. Dua hal itu akan me- ningkatkan penggunaan ruang udara lebih optimal, sekaligus juga menin- gkatkan jumlah pergerakan pesawat udara di bandar udara.

Semoga para pemangku kepentingan segera memersiapkan diri dan bekerja optimal untuk menjadi bagian dari ASEAN SAM ini.

 

Heru Legowo, Ex. General Manager Angkasa Pura I

 

 

BERITA TERKAIT

Ada Apa Dengan Job Safety Analysis

Melayani Dengan Seni

Peran Penting BIM Pada Konstruksi

ads-sidebar
ads-custom-4

BACA JUGA

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU