Senin, 18 Maret 2024

Seri AKHLAK – Kementerian BUMN: Penyelarasan Core Values Penting untuk Tingkatkan Mutu SDM

ads-custom-5

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada Juli lalu meluncurkan logo dan tata nilai baru sebagai simbol transformasi yang akan dijalani setelah Kementerian BUMN berulang tahun yang ke-22. Tak hanya di tubuh Kementerian, tata nilai atau core values yang dirumuskan akan diimplementasikan ke seluruh perusahaan pelat merah. Hal ini sebagaimana tertuang dalam Surat Edaran Menteri BUMN Nomor SE-7/MBU/07/2020 tanggal 1 Juli 2020.

 

AKHLAK sendiri memiliki singkatan Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif. Masing-masing nilai memiliki penjabarannya sendiri serta dilengkapi dengan panduan perilaku dan kode etik atau kode perilaku yang akan diterapkan di Kementerian BUMN dan perusahaan-perusahaannya.

 

Untuk diselaraskan ke seluruh BUMN, maka BUMN tersebut harus melakukan adaptasi secara taktis. Mengingat sebelumnya, masing-masing BUMN memiliki core values yang berbeda-beda, dilihat dari lini bisnis maupun orientasi operasionalnya. Terlebih seluruh BUMN beserta entitasnya wajib mengimplementasikan AKHLAK secara utuh dalam rangka keseragaman, maka tantangan selanjutnya adalah pada penanaman AKHLAK ke dalam sistem human capital yang lainnya, yang tentunya berbeda kondisi, kompleksitas, maupun kesiapan dari masing-masing BUMN. 

 

Maka akankah proses adaptasi ini berjalan lancar dan cepat, atau justru melahirkan kendala baru? BUMN Info berkesempatan untuk mewawancarai Deputi Bidang Sumber Daya Manusia (SDM) Kementerian BUMN Alex Denni terkait perumusan serta penerapan AKHLAK ini.

 

Menghadapi Tantangan VUCA

Ilustrasi VUCA. Foto: WDRfree
Ilustrasi VUCA. Foto: WDRfree

Zaman berganti, maka dunia bisnis juga akan semakin dinamis dengan adanya perubahan teknologi, kondisi pasar, dan konsumsi masyarakat. Dalam dunia bisnis modern, dikenal istilah VUCA yang merupakan akronim dari volatile (bergejolak), uncertain (tidak pasti), complex (rumit), ambiguous (tidak jelas). Penggambaran kondisi yang tercetus pada 1987 oleh duo pakar bisnis dunia Warren Bennis dan Burt Nanus ini diyakini menyerang hampir di segala lini bisnis tanpa terkecuali. Bahkan perusahaan yang berjaya di masa lampau sekalipun, kian hari namanya kian menghilang di pasaran.

 

VUCA sangat bisa dihindari oleh korporasi jika mereka bisa beradaptasi menghadapi perubahan, terlebih akibat disrupsi teknologi hebat dua dekade ke belakang. Salah satunya dengan mengadaptasi behavior atau sikap SDM-nya sendiri. Menurut Deputi Bidang SDM Kementerian BUMN Alex Denni, adanya revolusi industri 4.0 juga harus dibarengi dengan perubahan mindset, skillset, dan toolset yang diperlukan dalam pegawai BUMN.

 

Alex mendeskripsikan dalam konteks Indonesia, posisinya sebagai negara dengan jumlah populasi terbesar di dunia, tengah mengalami bonus demografi pada tahun 2030-2045. Dengan kata lain pada rentang waktu tersebut Indonesia akan memiliki jumlah penduduk dengan usia produktif dengan cukup besar yaitu sekitar 70%. Terlebih jumlah tersebut merupakan milenial dan generasi Z yang digital native atau kelompok usia yang lahir dan bertumbuh di tengah kemajuan teknologi. Hal ini tentu menjadi kesempatan emas bagi Indonesia untuk berkembang dan bersaing agar dapat menjadi negara maju.

 

Namun ia mengingatkan, kesempatan tersebut bisa saja menjadi bumerang bagi Indonesia apabila tidak mampu mengelola bonus demografi dengan baik. Tantangan tersebut nampak begitu jelas dengan kondisi Indonesia saat ini yang mengalami krisis SDM pada beberapa lini. Ia juga menunjukkan pada Global Competitiveness Index, jika dibandingkan dengan sesama negara ASEAN, Indonesia jauh tertinggal dari negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia.

 

Talent shortage yang dialami Indonesia sebagai contoh pada dunia bisnis, senior manager yang diperlukan Indonesia saat ini berkisar pada 36% namun pada kenyataannya hanya sekitar 27% yang kapasitasnya memenuhi sebagai senior manager,” papar Alex kepada BUMN Info.

 

Untuk mengantisipasinya, Presiden RI Joko Widodo menyatakan lima program prioritas tahun 2019-2024 dengan salah satunya memerhatikan pengembangan SDM menuju era teknologi & informasi, di mana hal ini tentu menjadi perhatian bagi Kementerian BUMN yang memiliki kapasitas untuk mendukung pelaksanaan prioritas tersebut melalui kontribusi Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

 

“Pada level Kementerian BUMN, Bapak Erick Thohir sudah secara clear menetapkan lima prioritas Kementerian BUMN, di mana salah satunya adalah Pengembangan Talenta (Unleash Talent),” ungkapnya.

 

Sadar akan peran BUMN yang signifikan untuk perekonomian nasional namun disparitas yang tinggi dari sisi sistem pengelolaan talenta antar BUMN, maka Kementerian merasa harus melakukan transformasi dan penyelarasan pedoman SDM di BUMN bertajuk “Transformasi Human Capital BUMN”. Transformasi tersebut salah satunya adalah penyelarasan core values seluruh BUMN menjadi satu, yakni AKHLAK itu tadi. Alex menjelaskan, penetapan core values SDM BUMN merupakan aksi yang esensial sebagai identitas dan perekat budaya kerja yang mendukung peningkatan kinerja BUMN secara berkelanjutan.

 

Untuk menyusunnya, Kementerian BUMN bekerja sama dengan para praktisi di bidang human capital, termasuk di dalamnya beberapa Direktur BUMN yang membidangi SDM. Nilai utama tersebut merupakan hasil kombinasi berbagai pendekatan, baik yang bersifat top down atau arahan Menteri BUMN maupun bottom up atau nilai-nilai eksisting di masing-masing BUMN, serta berbagai literatur yang relevan.

 

Setelah dirumuskan, Kementerian mengeluarkan Surat Edaran Menteri BUMN Nomor SE-7/MBU/07/2020 tanggal 1 Juli 2020 yang ditujukan kepada seluruh Direksi dan Dewan Komisaris/Dewan Pengawas BUMN untuk segera menerapkan AKHLAK di masing-masing perusahaan. Berdasarkan surat edaran tersebut, AKHLAK sebagai core values itu resmi ditetapkan dan harus diimplementasikan secara utuh tanpa pengurangan atau penambahan maupun panduan perilaku lainnya, dan hal ini berlaku sama pada seluruh grup entitas BUMN, termasuk anak, cucu, cicit, canggah, dan seterusnya.

 

Adaptasi yang Tak Mudah

Ilustrasi Gedung Kementerian BUMN. Foto: Kementerian BUMN
Ilustrasi Gedung Kementerian BUMN. Foto: Kementerian BUMN

Dengan dicetuskannya AKHLAK sebagai pedoman berperilaku, Kementerian tentu menginginkan adanya perubahan ke arah yang lebih positif. Alex menyampaikan keinginan Kementerian agar seluruh talenta dan budaya kerja di BUMN memiliki prinsip dan cara pandang yang sama, sehingga dalam setiap tindakan baik personel maupun kegiatan BUMN, seluruhnya dilandasi dengan nilai-nilai tersebut.

 

Jika hal ini telah diimplementasikan dengan baik, salah satu benefit yang dapat dirasakan bersama oleh Kementerian BUMN maupun BUMN adalah dalam menjalankan talent mobility. Artinya, seorang talenta BUMN akan dengan cepat dan mudah masuk ke dalam organisasi yang baru, karena di dalamnya telah menganut prinsip-prinsip dan budaya kerja yang sama, yaitu AKHLAK. Demikian pula halnya dalam menjalankan bisnis perusahaan, kerja sama antar BUMN akan terjalin lebih efektif mengingat para pihak juga menggunakan prinsip dan spirit yang sama.

 

“Jika BUMN yang notabene merupakan penggerak sekitar sepertiga perekonomian nasional secara serempak mengimplementasikan AKHLAK, maka dampak positif atau benefitnya akan terasa bagi Indonesia pada umumnya,” ujar Alex.

 

Ia mengakui, bukan hal yang mudah untuk merubah suatu budaya yang sudah tertanam lama baik dalam lingkungan kerja maupun sistem BUMN. Namun mengingat nilai-nilai yang ada pada AKHLAK ini sejatinya memiliki ruh atau substansi yang sama dengan yang masing-masing BUMN miliki sebelumnya, maka ia yakin dengan niat yang lurus serta ikhtiar yang maksimal, proses penyerapan atau absorpsi tersebut dapat berjalan dengan baik pada seluruh BUMN.

 

Tantangan berikutnya setelah AKHLAK disosialisasikan dan diinternalisasikan kepada seluruh BUMN adalah melakukan embedding atau memasukkan nilai tersebut ke dalam sistem human capital lainnya, mulai dari perekrutan, proses belajar dan pengembangan, hingga manajemen penilaian kinerja SDM. Apalagi jika dicontohkan, PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI sebelumnya memiliki core values sendiri yang salah satu poinnya adalah “Keselamatan”. Keselamatan sendiri tak tertuang di dalam AKHLAK.

 

Alex mengatakan, saat ini AKHLAK masih dalam tahap sosialisasi dan internalisasi awal kepada setiap BUMN, sehingga dapat diwajarkan jika dalam tahapan tersebut terdapat beberapa perusahaan yang masih dalam proses untuk melakukan berbagai persiapan dan penyesuaian yang diperlukan. Solusinya, jika terdapat kebutuhan spesifik atau khas perusahaan yang belum tertuang secara eksplisit dalam enam nilai tersebut, maka hal itu dapat dimasukkan sebagai sebatas “contoh perilaku” saja. Misalnya di PT KAI, nilai keselamatan bisa dimuat dalam poin Kompeten dalam AKHLAK, dengan turunan “Keselamatan” dalam contoh perilaku yang artinya PT KAI sudah bisa dipercaya dalam urusan safety-nya.

 

Menekankan Sinergisitas Antar BUMN

ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

Dalam core values AKHLAK, terdapat poin K terakhir sebagai kependekan dari Kolaboratif. Diketahui memang selama kepemimpinan Erick Thohir sebagai Menteri BUMN, ia menekankan adanya kerja sama antar BUMN, terutama jika perusahaan tersebut berada di klaster yang sama.

 

Berdasarkan catatan BUMN Info, sejumlah perusahaan pelat merah belum tak menyatakan secara eksplisit adanya sinergisitas dalam nilai yang mereka bangun sebeluma danya AKHLAK. Lantas dengan penyelarasan nilai utama ini, apakah dengan menambahkan Kolaborasi dalam AKHLAK berarti Kementerian sangat mendorong BUMN untuk fokus dalam berkolaborasi ke depannya?

 

Alex menjawab bahwa keterbukaan dan kemauan untuk berkolaborasi menjadi kunci yang sangat penting dalam membangun dan mengembangkan inovasi dan kreativitas. Hal inilah yang kementerian coba dorong kepada BUMN maupun Kementerian BUMN, agar lebih terbuka, senang bekerja sama, tidak hanya mengandalkan kemampuan yang dimiliki sendiri, serta terus meningkatkan kompetensi dan kapabilitas diri maupun organisasi.

 

“Melalui nilai ini, setiap insan BUMN diharapkan semakin solid, bahu-membahu dan bergotong-royong, baik dengan sesama BUMN maupun pelaku ekonomi lainnya, demi mewujudkan sebesar-besarnya kemaslahatan bagi bangsa Indonesia, karena BUMN untuk Indonesia,” ujarnya mengutip slogan BUMN.

 

Kementerian menegaskan, kolaborasi BUMN dapat dilakukan hampir pada bidang apapun, termasuk di dalamnya operasional, finansial, dan human capital. Misalnya yang terkait dengan bidang human capital, Kementerian BUMN akan mendorong BUMN untuk berkolaborasi dalam bidang learning, research & innovation. Mengingat BUMN telah memiliki berbagai infrastruktur terkait seperti corporate university, learning center, research center, dan innovation center namun masih terpencar dan terdapat ketimpangan karena perbedaan skala dan kapasitas.

 

Ke depan Kementerian BUMN menginginkan adanya sebuah wadah yang mampu mengintegrasikan seluruh resource yang dimiliki oleh setiap BUMN sehingga seluruh perusahaan diharapkan akan memiliki teknologi dan inovasi serta menjadi global player.

 

Kumpulan perilaku yang dilaksanakan secara secara masif ini diharapkan bakal membentuk sebuah budaya kerja. Ketika sudah menjadi budaya kerja, Kementerian berkeyakinan insan-insan BUMN dapat menjalankan fungsi BUMN sebagai agen pembangunan dan agen penciptaan nilai sesuai dengan cita-cita luhur negara.

 

“Nilai adalah sesuatu yang kita yakini kebenarannya, menjadi falsafah dalam hidup kita, dan tidak mudah dipatahkan oleh apapun. Demikianlah kami harapkan AKHLAK ada dalam setiap insan BUMN, baik pada tingkat pimpinan yang tertinggi (top level), pimpinan di middle level, maupun karyawan pada tingkatan yang terendah sekalipun,” tandas Alex.

 

Foto Utama: TrenAsia/Ismail Pohan

BERITA TERKAIT

ads-sidebar
ads-custom-4

BACA JUGA

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU