Kamis, 25 April 2024

12 BUMN Go Pulic, Strategi Tingkatkan Performa Perusahaan Serta Menjaga Good Corporate Governance

ads-custom-5

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir kini tengah menyiapkan 12 perusahaan negara untuk melakukan penawaran saham perdana (Initial Public Offering/ IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hal tersebut dilakukan dalam rentang waktu 2021-2023.

Dilansir dari detik.com, Erick menyebutkan BUMN yang akan IPO termasuk anak dan cucu perusahaan. Tapi tidak dijelaskan porsi masing-masing.

“Kita akan me-listing-kan lebih banyak BUMN lagi, anaknya atau cucunya. Di pipeline saya nggak mau bilang angka fix-nya, nanti dicari-cari, tapi ada 8 sampai 12 yang kita akan go public-kan,” kata dia dalam seremonial perkenalan nama baru PT Bank Syariah Indonesia Tbk di BEI, Kamis (4/2/2021).

Setidaknya ada 18 BUMN yang pernah menyatakan rencananya untuk membawa induk maupun anak usahanya masuk Bursa dalam rentang waktu 2021-2023. Apa saja?

Salah satu yang telah mantap melakukan IPO, adalah anak PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. yakni PT Dayamitra Telekomunikasi alias Mitratel. Anak usaha Telkom di bidang infrastruktur menara telekomunikasi tersebut dijadwalkan akan melantai di Bursa Efek Indonesia secepat-cepatnya kuartal terakhir tahun ini.Initial public offering (IPO) Mitratel dapat dilakukan antara kuartal IV/2021 hingga paruh pertama 2022 dengan tetap memerhatikan kondisi pasar modal. Untuk saat ini masih dalam tahap persiapan.

Tak hanya itu, cucu usaha Telkom, PT Fintek Karya Nusantara atau LinkAja, juga disebut akan masuk pasar modal. Perusahaan teknologi finansial yang dimiliki Telkom melalui PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) ini direncanakan bisa IPO sekitar 1,5 tahun lagi atau 2022 mendatang.

Selanjutnya PT Adhi Karya (Persero) Tbk. sudah menyebutkan beberapa anak usahanya akan IPO, yaitu PT Adhi Persada Gedung (APG), PT Adhi Commuter Properti (ACP), PT Adhi Persada Beton (APB). Perseroan sudah merencanakan IPO anak usaha sejak 2019. Namun, pelaksanaannya tertunda, terlebih ada pandemi virus Covid-19.

PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. juga berencana melakukan IPO anak usahanya, PT Wijaya Karya Realty. Semula itu akan dilaksanakan tahun lalu, namun ditunda karena masih menunggu pembentukan sub-holding BUMN perhotelan. 

Selain WIKA Realty, anak usaha lainnya yakni PT Wijaya Karya Industri & Konstruksi (Wikon) juga disebut bersiap melantai di Bursa Efek Indonesia. Akan tetapi belum ada informasi lebih lanjut mengenai rencana tersebut.

Pertengahan September 2020 lalu, perseroan tengah mengevaluasi ulang rencana IPO Wika Realty dan Wikon dengan mempertimbangan kondisi pandemi Covid-19 dan situasi makro ekonomi.

Sejalan dengan WIKA, PT PP (Persero) Tbk. yang berniat membawa PT PP Infrastruktur untuk melantai pada 2021 juga menunda rencana tersebut akibat kondisi pasar yang masih tak menentu seiring pandemi Covid-19. PT PP itu mengharapkan dapat melepas 30 persen kepemilikan di PP Infrastruktur lewat IPO. Dari situ, perseroan ingin mendapatkan dana segar Rp1,2 triliun hingga Rp1,3 triliun.

PT Hutama Karya (Persero) menyatakan saat ini dalam persiapan untuk membawa 3 anak usahanya sekaligus yakni PT HK Infrastruktur (HKI), PT HK Realtindo (HKR), dan PT Hakaaston (HKA) melakukan IPO. Saat ini masih dalam tahap perancangan program yang sudah dibuat, maka rencana IPO diperkirakan pada 2021 atau 2022.

BUMN operator jalan tol, PT Jasa Marga (Persero) Tbk. berencana membawa anak usahanya yang bergerak di sektor non tol, PT Jasamarga Related Business (JMRB) melantai di Bursa Efek Indonesia pada 2023.

PT Krakatau Steel Tbk. (KRAS) turut berencana membawa beberapa anak usahanya untuk IPO. Terdapat beberapa anak usaha yang berpotensi untuk melakukan penawaran umum perdana atau IPO dengan memperhatikan momentum waktu yang tepat.

Dari sekitar 5 anak usaha yang disebut potensial, KRAS berencana mendorong PT Krakatau Tirta Industri (KTI) dan PT Krakatau Bandar Samudera (KBS) untuk dapat IPO pada 2021 ini.Rencana tersebut mengacu pada profitabilitas perusahaab yang dinilai baik.

Selanjutnya, dua BUMN lain yakni PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau Indonesia Port Corporation (IPC) serta PT Pertamina (Persero) juga pernah menyatakan akan membawa anak-anaknya mencari pendanaan melalui pasar modal.

Pada 2020 lalu, IPC berniat melepas dua anak usahanya ke publik yakni PT Pelabuhan Tanjung Priok dan PT IPC Terminal Petikemas. Sementara Pertamina menyatakan akan membawa anak usahanya ke lantai bursa pada pertengahan tahun ini.

Tak hanya anak-anak BUMN, beberapa induk BUMN juga sudah memantapkan diri untuk melantai di bursa saham Indonesia, antara lain PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry (Persero) dan PT Brantas Abipraya (Persero).

Untuk Brantas Abipraya, rencana IPO perusahaan konstruksi pelat merah ini sudah bergulir sejak 2018. Namun, Kementerian BUMN tak kunjung memberikan izin kepada perseroan untuk IPO. Rencana itu kemudian terus mundur hingga 2021.

Respon Positif Investor

Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai IPO yang dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mendapatkan respons yang positif dari investor. Hal ini tercermin dari aktivitas transaksi di saham-saham emiten pelat merah tersebut.

Dilansir dari Bisnis.com, menurut data yang dikeluarkan BEI, sepanjang kuartal I sampai kuartal III tahun lalu, sebesar 36,13 persen nilai transaksi saham di BEI berasal dari transaksi jual-beli saham perusahaan BUMN dan Anak BUMN. Saat ini kapitalisasi pasar saham BUMN memiliki porsi 25,8 persen terhadap seluruh kapitalisasi pasar saham-saham tercatat di BEI.

IPO BUMN Mendatangkan Manfaat Berbagai Pihak

Dari sisi perusahaan, IPO dapat membantu BUMN untuk memperoleh pendanaan yang berkelanjutan, menciptakan kemandirian perusahaan, meningkatkan profitabilitas serta efisiensi, dan juga memperkuat tata kelola perusahaan.

Bagi Pasar Modal, IPO BUMN dapat meningkatkan likuiditas pasar modal dan menambah opsi sarana investasi bagi para investor pasar modal.

Bagi pemerintah, semakin banyak BUMN yang menjadi perusahaan publik maka akan semakin meningkatkan kinerja perusahaan. Dimana akan meningkatkan kontribusi APBN dalam bentuk dividen dan pajak bagi negara.

Sedang bagi masyarakat luas dan ekonomi secara nasional, keberadaan BUMN sebagai perusahaan terbuka selain diharapkan dapat menjadi sarana optimalisasi alokasi sumber daya yang tersedia dan penyerapan tenaga kerja, emiten BUMN juga diharapkan dapat menjadi agen perubahan bagi masyarakat Indonesia melalui proses pemerataan kepemilikan perusahaan negara. 

BERITA TERKAIT

ads-sidebar
ads-custom-4

BACA JUGA

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU