Target Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir membawa 8-12 perusahaan pelat merah melantai di Bursa Efek Indonesia dalam beberapa tahun ke depan. Dengan masuknya perusahaan BUMN di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini, diharapkan dapat meningkatkan daya saing dan juga transparansi di tubuh BUMN.
Menurut Direktur Penilaian Perusahaan PT Bursa Efek Indonesia, I Gede Nyoman Yetna memberikan penjelasan mengenai beberapa manfaat BUMN dan anak usahanya melakukan penawaran umum saham perdana atau go public.
Pertama dari sisi perusahaan, go public atau Initial Public Offering (IPO) BUMN ini akan membantu untuk memperoleh pendanaan yang berkelanjutan. Pasalnya jika mengharapkan Penanaman Modal Negara dari pemerintah terbatas, sehingga IPO menjadi pilihan untuk memperoleh pendanaan untuk keberlangsungan bisnis, meningkatkan profitabilitas, memperkuat tata kelola perusahaan dan ekspansi perusahaan.
Kemudian bagi pemerintah, dengan banyaknya perusahaan BUMN yang melakukan IPO, maka diharapkan meningkatkan kinerja sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap APBN dalam bentuk pajak maupun dividen.
Sedangkan dari sisi masyarakat atau investor, dengan munculnya emiten dari perusahaan pelat merah maka bisa menjadi sarana divestasi atau pemerataan kepemilikan perusahaan negara. Sehingga masyarakat bisa menjadi pengawas perusahaan negara dan juga bisa dijadikan pilihan investasi.
Terakhir, manfaat perusahaan BUMN listing di BEI bagi pasar modal adalah bisa meningkatkan likuiditas pasar modal dan memberikan opsi sarana investasi bagi investor pasar modal. Karena dalam 1 tahun terakhir ini saham-saham BUMN menjadi incaran bagi investor bahkan menjadi pendorong pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Hal ini tercermin dari saham-saham BUMN di tahun 2020 aktif ditransaksikan oleh para investor, dimana menurut data dari BEI pada kuartal 1 hingga kuartal 3, nilai transaksi sebesar 36,31% saham di BEI berasal dari transaksi jual-beli saham BUMN dan anak usaha BUMN. “Saat ini kapitalisasi pasar saham BUMN dan anak usaha BUMN di pasar modal memiliki porsi sebesar 25,8%.” menurut Nyoman.
Jumlah perusahaan BUMN dan anak BUMN yang tercatat di Bursa Efek Indonesia saat ini mencapai 15 perusahaan BUMN dan 21 anak BUMN. Dimana dari 20 perusahaan dengan kapitalisasi pasar seluruh perusahaan yang tercatat di BEI terdapat 5 BUMN dan anak BUMN dan masuk ke dalam daftar tersebut. 5 perusahaan tersebut diantaranya PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, PT Telkom Indonesia Tbk, PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Negara Indonesia Tbk dan PT Bank Syariah Indonesia.
Keberhasilan perusahaan BUMN dan anak BUMN yang telah go public tersebut, memberikan optimisme beberapa perusahaan yang berencana melakukan IPO dalam beberapa tahun ke depan.
Rencana IPO Induk Usaha BUMN
PT ASDP Ferry Indonesia (Persero)
PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan Indonesia Ferry (Persero) berencana melepas saham ke publik melalui penawaran umum saham perdana atau IPO pada tahun 2022 mendatang dengan target pendapatan lebih dari Rp6 triliun. Alokasi dana hasil IPO akan digunakan untuk melanjutkan pembangunan dermaga dan berinvestasi untuk mendatangkan kapal. Berdasarkan target perusahaan hingga 2024, ASDP menetapkan pertumbuhan pendapatan sebesar 97 persen dari capaian pada 2020, yakni dari Rp2,5 triliun menjadi Rp5 triliun. Laba juga dipatok tumbuh 125,74 persen dibandingkan dengan realisasi 2020 sehingga mencapai Rp607,4 miliar pada 2024.
Sementara itu, dari sisi penumpang dan jumlah kapal ditargetkan tumbuh masing-masing sebesar 198 persen menjadi 10,14 juta dan 228 unit kapal.
PT Brantas Abipraya (Persero)
Rencana IPO Brantas Abipraya ini sudah bergulir sejak 2018. Namun Kementerian BUMN belum memberikan izin kepada perseroan. IPO Brantas Abipraya ini direncanakan pada tahun 2021. Perseroan berencana melepas 305 saham perdana ke publik dengan target perolehan dana IPO sebesar Rp3 triliun. Target dana IPO akan digunakan untuk melakukan ekspansi bisnis. Mulai dari meningkatkan kemampuan investasi perusahaan di sektor pembangkit listrik energi terbarukan, jalan tol, properti dan bisnis beton pracetak.
Rencana IPO Anak Usaha PT Adhi Karya (Persero) Tbk
PT Adhi Karya Tbk (ADHI) bakal ekspansif tahun 2021. Sejumlah rencana bisnis telah disiapkan oleh emiten berkode saham ADHI ini. Salah satunya adalah melepas saham anak usaha ADHI ke pasar modal.
Menurut keterangan dari Sekretaris Perusahaan Adhi Karya Parwanto Noegroho, tahun ini ADHI akan melancarkan aksi korporasi yaitu melakukan IPO anak usahanya yaitu PT Adhi Commuter Properti. Rencana pelepasan saham perdana paling lambat akan dilakukan pada kuartal III-2021. Target dana IPO sebesar Rp1,5 triliun, dengan alokasi dana hasil IPO yaitu 80% untuk belanja modal, 20% untuk membiayai kembali utang (refinancing).
ACP saat ini mengembangkan beberapa proyek Transit Oriented Development (TOD) dan hotel. Sampai dengan saat ini, ACP mengerjakan 12 proyek yang berada di sepanjang jalur KRL, Jabodebek dan busway, di antaranya adalah LRT City Bekasi Timur – Eastern Green & Green Avenue, LRT City Jatibening Baru – Gateway Park.
Kemudian rencana IPO PT Adhi Persada Gedung dan PT Adhi Persada Beton yang masih menyesuaikan kondisi saat ini.
“Memang kalau anak usaha yang direncanakan untuk segera IPO, kalau beberapa itu. Kita rencanakan sejak 2019, untuk APG [Adhi Persada Gedung] dan ACP [Adhi Commuter Properti]. Tapi karena market juga lagi begini. Situasi daya beli, apalagi pandemi. Ini semua tertunda,” kata Direktur Utama ADHI.
Rencana IPO Anak Usaha PT Pelabuhan Indonesia II (Persero)
PT Pelindo II (Persero) berencana melepas dua anak usahanya untuk tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tahun ini. Dua anak usaha tersebut yakni PT Pelabuhan Tanjung Priok (PTP) dan PT IPC Terminal Petikemas (IPC TPK).
PTP adalah operator terminal yang melayani bongkar muat curah cair, kering dan kargo. Saat ini PTP sudah memiliki 5 cabang yakni PTP Cabang Tanjung Priok, Banten, Bengkulu, Jambi dan Pelabuhan Panjang.. PTP berencana akan melepas 30% sahamnya ke publik. Kemudian hasil dana IPO nantinya akan digunakan untuk pengembangan bisnis diantaranya adalah pembelian alat dan pengembangan pelabuhan.
Kemudian IPC TPK juga memiliki saham di PT New Priok Container Terminal One (NPCT1) sebesar 51,00%. NPCT1 merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang penanganan bongkar muat peti kemas dan berlokasi di Kali Baru, Tanjung Priok.
Rencana IPO Anak Usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk
PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel)
Anak usaha Telkom di bidang infrastruktur menara telekomunikasi tersebut dijadwalkan akan melakukan penawaran umum saham perdana antara kuartal IV/2021 hingga paruh pertama tahun 2022.
Untuk mempersiapkan diri, Mitratel tengah mengejar pertumbuhan secara organik dan anorganik untuk menjadi perusahaan menara telekomunikasi terbesar di Indonesia saat IPO.
Tenancy ratio menara di Mitratel berada pada level 1,5 kali. Rasio itu akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah menara di bawah Mitratel. Adapun, saat ini lebih dari 6.000 menara dari Telkomsel dan Telkom siap untuk ditransferkan ke Mitratel.
Tim Analis J.P. Morgan berasumsi Telkomsel akan mentransfer portofolio menara ke Mitratel sebelum eksekusi wacana IPO. TLKM memiliki 16.000 menara telekomunikasi di bawah Mitratel dan 17.500 melalui Telkomsel.
Rencananya Mitratel akan melepas sekitar 20 persen saham baru ke pasar modal dalam aksi IPO. Perseroan menyatakan dana dari aksi korporasi itu akan digunakan untuk pengembangan dan pengoptimalan bisnis menara dan digital di masa depan.
PT Fintek Karya Nusantara (LinkAja)
LinkAja adalah perusahaan teknologi finansial yang dimiliki Telkom melalui PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) ini direncanakan melakukan IPO pada tahun 2022 mendatang.
Saat ini, 7 pemegang saham LinkAja, yakni, Telkomsel (anak usaha PT Telkom Tbk/TLKM) dengan kepemilikan sebesar 25%, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) masing-masing sebesar 20%.
Rencana IPO Anak Usaha PT Wijaya Karya (Persero) Tbk
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. mengevaluasi ulang rencana penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) dua anak usaha yang sebelumnya telah direncanakan. Wijaya Karya sebelumnya telah menyampaikan rencana untuk membawa PT Wijaya Karya Realty (Wika Realty) pada 2020.
Rencananya WIKA akan melepas kepemilikan saham kepada publik sebanyak 20-30 persen dengan target dana IPO sebesar Rp1,2 triliun sampai Rp1,8 triliun.
Kemudian anak usaha kedua yang sedang dipersiapkan untuk melantai di BEI di tahun 2022 adalah Wika Bitumen. Bila rencana IPO ini terealisasi, maka, kehadiran Wika Bitumen akan menambah daftar emiten milik Wijaya Karya yang lebih dulu melantai di bursa seperti PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON) dan PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE).
Rencana IPO Anak Usaha PT Pertamina (Persero)
PT Pertamina (Persero) berencana melakukan penawaran saham perdana atau ð¼ð‘›ð‘–ð‘¡ð‘–ð‘Žð‘™ ð‘ƒð‘¢ð‘ð‘™ð‘–ð‘ ð‘‚ð‘“ð‘“ð‘’ð‘Ÿð‘–ð‘›ð‘” (IPO) terhadap tiga anak usahanya pada semester II tahun ini. Ketiga entitas bisnis yang dikabarkan akan IPO itu adalah PT Pertamina Power Indonesia (PPI), PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) dan PT Pertamina Internasional Shipping (PIS).
Pertama, PT Pertamina Power Indonesia (PPI) bertugas untuk menjalankan, mengendalikan dan mengelola kegiatan usaha bisnis power berbasis gas dan Energi Baru & Terbarukan (EBT) milik Pertamina, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Komposisi pemegang saham PPI terdiri dari PT Pertamina (Persero) sebanyak 99,999% dan PT Pertamina Pedeve Indonesia dengan 0,001%. PPT akan berkontribusi pada Indonesia Battery Holding (IBH) untuk menggarap rantai bisnis tengah hingga ke hilir.â£â£
Kedua, PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) dengan fokus mengelola kegiatan usaha di bidang panas bumi. Saham PGE dimiliki oleh PT Pertamina (Persero) sebanyak 91,09% dan PT Pertamina Pedeve Indonesia sebanyak 8,91%. PGE telah mengelola 14 WKP dengan total kapasitas terpasang sebesar 672 MW yang dioperasikan sendiri, dan dalam lima tahun ke depan, PGE berencana untuk menggandakan kapasitas terpasang PLTP dari kapasitas eksisting sebesar 672 MW menjadi sekitar 1.300 MW.â£â£
Ketiga, PT Pertamina International Shipping (PIS) bergerak pada sektor pelayaran dalam dan luar negeri. PIS mengangkut kargo minyak dan gas seperti minyak mentah, bahan bakar minyak (BBM), non bahan bakar minyak (NBBM), ð¿ð‘–ð‘žð‘¢ð‘–ð‘“ð‘–ð‘’ð‘‘ ð‘ƒð‘’ð‘¡ð‘Ÿð‘œð‘™ð‘’ð‘¢ð‘š ðºð‘Žð‘ (LPG), serta ð¿ð‘–ð‘žð‘¢ð‘’ð‘“ð‘–ð‘’ð‘‘ ð‘ð‘Žð‘¡ð‘¢ð‘Ÿð‘Žð‘™ ðºð‘Žð‘ (LNG) dan menyediakan ð‘“ð‘™ð‘œð‘Žð‘¡ð‘–ð‘›ð‘” ð‘ ð‘¡ð‘œð‘Ÿð‘Žð‘”ð‘’ untuk pelayaran domestik dan internasional. Saham PIS dimiliki oleh PT Pertamina (Persero) sebanyak 99,5% dan PT Pertamina Pedeve Indonesia sebanyak 0,5%. Bisnis usaha PIS meliputi penyediaan kapal hingga pelayanan pengangkutan dengan kapal.â£
Rencana IPO BUMN selalu mencuat setiap tahunnya. Berdasarkan catatan Bisnis, sederet calon emiten dari keluarga pelat merah sebenarnya menyatakan minat untuk melantai perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI). Kendati demikian, periode 2020 harus kembali berakhir tanpa IPO baik dari induk usaha BUMN maupun entitas anak. Periode pandemi Covid-19 disebut-sebut menjadi salah satu penghalang eksekusi aksi penerbitan saham baru.
BEI mencatat BUMN terakhir yang melantai perdana di BEI yakni PT Semen Baturaja (Persero) pada 28 Juni 2013. Selanjutnya, ada tiga anak usaha perseroan pelat merah yang melantai pada 2018 yakni PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk. (TUGU), PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk. (IPCC), dan PT Phapros Tbk. (PEHA).